Peran distributor sangat penting dalam perusahaan MLM. Distributor
adalah 'nyawa' dalam setiap perusahaan MLM, walaupun masih ada faktor lain yang
ikut menentukan seperti marketing plan yang powerfull dan manajemen perusahaan
yang kuat. Dari distributorlah pelan-pelan masyarakat mulai mengenal
produk-produk yang dipasarkan oleh perusahaan, dan sebagai imbalannya tentu
keuntungan/ bonus bagi para distributor.
Tetapi perlu diingat juga, ada beberapa kesalahan yang mungkin
dilakukan oleh distributor, berikut pembahasannya:
1. Jangan berlebihan dengan potensi income
Terlalu
membesar-besarkan potensi penghasilan membuat orang berharap secara berlebihan.
Memang benar, banyak jutawan lahir oleh bisnis MLM. Namun faktanya kurang dari
10 persen saja distributor yang full time menjalani bisnis ini. Mayoritas orang
menjalankan MLM sebagai usaha sambilan. Jadi, ekspetasi penghasilan dari bisnis
MLM sebaiknya dibuat serealistis mungkin yang besarannya tak beda jauh dengan
penghasilan kerja. Asumsinya, penghasilan ini dipakai sebagai tambahan atas
penghasilan kerja tetap. Fakta di lapangan, banyak distributor yang awalnya
berlebih berharap dapat uang besar, sebentar kemudian kecewa dan minggat dari
MLM. Sponsor yang merekrut dengan janji penghasilan yang muluk-muluk seringkali
kehilangan kredibilitasnya dalam waktu singkat. Jadi berikan harapan,
bersikaplah positif, dan sekaligus realistis.
2. Jangan hanya mengandalkan sistem
Aktivitas rekrut cenderung
ditumpukan pada sistem kompensasi (marketing plan) yang dianggap paling unggul
dan menjamin kesuksesan. Namun fakta historis gamblang menyatakan bahwa tidak
ada satu perusahaan MLM pun yang sukses dengan sematamata mengandalkan diri
pada sistem kompensasi. Tentu saja memiliki sistem kompensasi yang menyediakan
insentif-insentif menarik itu perlu. Namun sistem kompensasi yang ‘terlalu
menggoda’ seringkali merupakan ‘penambal’ bagi produk yang kurang bagus dan
lemahnya manajemen. Sistem semacam ini biasanya tidak melanggengkan
keberlangsungan bisnis perusahaan maupun distributornya. Jadi, syarat utamanya
tetap produk berkualitas, manajemen yang kuat, dan visi bersama yang bisa
bagus. Jadi, pelaku MLM harus lebih memperhatikan unsur-unsur tersebut daripada
berkonsentrasi pada keajaiban sistem.
3. Jangan asal ikut tren
Orang suka kepincut dengan produk-produk
tertentu yang lagi ngetren habis. Namun cerita seperti itu hanya berlangsung
singkat. Kadang sebuah perusahaan MLM bisa sukses oleh momentum produk yang
tepat serta dukungan product line yang solid. Namun sejatinya ini jarang
terjadi. Sejarah MLM dipenuhi dengan produk-produk yang mengacu pada tren
sesaat, tapi tidak semua mendulang sukses. Jadi, carilah produk yang solid dan
masuk akal, terutama sekali produk yang ada pasarnya dan benar-benar dibutuhkan
konsumen.
4. Jangan berpikir jangka pendek
Sama seperti bisnis-bisnis
bernilai dan serius lainnya, MLM perlu waktu untuk tumbuh dan berkembang. Jika
Anda mencari sukses jangka pendek, itu berarti Anda sedang menanam benih
kegagalan. Jangan mengharap hasil cepat sekurang-kurangnya dalam enam bulan
pertama Anda menggeluti bisnis ini. Mereka yang sukses di MLM umumnya telah
cukup bekerja keras membangun jaringan dan punya visi jangka panjang. Ekonom
Milton Friedman mengatakan, “Masa depan lebih panjang dari masa sekarang”.
5. Mesin uang?
Bukan! Seringkali kita dengar rencana bisnis yang
diakui sebagai mesin uang. Prospek diindoktrinasi, “Anda tidak perlu menjual
apapun. Cukup buat daftar prospek dan uang akan datang sendiri ke rekening
Anda!” MLM bukan mesin uang dan bukan mesin rekrut. MLM adalah sebuah bisnis
yang serius. Distributor yang sukses harus menguasai produknya, mengenal betul
konsumennya, tahu visi-visi perusahaan, dan siap bekerja keras untuk mencapai
tujuan. Jadi, konsentrasi pada pondasi bisnis yang kuat dan lupakan mesin uang,
dan bisnis Anda berpeluang menjadi lestari.
6. Margin profit tinggi
Sering pula distributor digoda dengan
sistem kompensasi yang melebih-lebihkan potensi income, hal mana ditujukan
untuk mengangkat produk yang ditawarkan. Perusahaan dengan produk berkualitas
baik sah saja menetapkan harga lebih mahal, dan dengan demikian bisa membayar
komisi penjualan lebih besar. Pengalaman mencatat, perusahaanperusahaan MLM
besar mampu bertahan dengan cara fokus pada produk berkualitas bagus,
terpercaya mutunya, dikonsumsi dan dibutuhkan konsumen, seperti produk nutrisi,
perawatan pribadi, dan perawatan rumah tangga. Jika produk MLM mudah dicari
pembandingnya di ritel, maka agak sulit bagi perusahaan meraih cukup margin
profit untuk membayar komisi yang tinggi. Sejumlah servis atau jasa nampak
punya masa depan di industri ini. Namun pemasaran jasa seperti telekom dan
internet nampaknya hanya menghasilkan margin profit yang kecil. Keduanya memang
bagus dan dibutuhkan. Namun distributor yang bergerak pada produk seperti ini
harus mencari jumlah konsumen yang lebih besar untuk bersaing dengan hasil yang
didapat oleh produk bermargin profit tinggi.
7. Jangan abaikan reputasi perusahaan
Rasio keberhasilan di MLM
tak beda jauh dengan bisnis skala kecil lainnya. Mau tidak mau, ada angka
kegagalan yang berarti. Jika Anda mencari peluang lebih besar untuk sukses,
pilihlah MLM dengan track record (reputasi) yang teruji. Lebih bagus jika
perusahaan tersebut telah beroperasi sekurang-kurangnya setahun dan dibuktikan
dengan manajemen perusahaan yang berkualitas. Tapi, benarkah peluang sukses
bisa diraih oleh mereka yang bergabung lebih awal? Yah, kadang-kadang sih ada
benarnya. Namun “ground floor opportunity” atau kesempatan awal tidak ada
nilainya jika pondasi bisnis rapuh. Jika Anda tipe orang yang punya nyali besar
dan siap ambil risiko berusaha — baik secara finansial maupun psikologis— kalau
misalnya MLM baru yang Anda pilih tersebut tutup, setidaknya lakukan telaah
seksama atas orang-orang di belakang perusahaan tersebut (pendiri maupun
manajemen puncaknya). Kaji pula catatan sukses mereka di bisnis sebelumnya dan
bicaralah dengan distributor lain yang juga masuk lebih awal.
8. Hindari inventory loading
Perusahaan yang menginginkan
‘front-load’ dalam jumlah besar dari distributornya jelas menuntut investasi
uang tunai yang besar pula. Hindari! Dengan berbagai kemudahan komunikasi dan
distribusi saat ini, distributor tidak seharusnya diminta investasi terlalu
besar. Praktek inventory loading semata ditujukan untuk menghimpun dana besar
guna membayar komisi yang tinggi kepada para heavy hitters. Para heavy hitters
ini fokusnya pada rekrut anggota baru. Program semacam ini biasanya merupakan
skema piramid terselubung. Saat rekrut melambat, peluang bisnisnya pun memudar.
Jadi, bergabunglah dengan perusahaan yang menetapkan investasi yang moderat dan
kebiasaan order yang rasional. Yang terakhir ini lebih berdimensi long term
daripada yang memaksakan front load besar.
9. Jangan jadi kutu loncat
Katanya, jika satu itu baik, maka dua
dan seterusnya pasti lebih baik, benar? Salah! Apapun mitos yang Anda dengar,
sangat-sangat sedikit distributor yang bisa sukses dengan memegang sekaligus
beberapa program MLM. Sejarah MLM mencatat, deretan kisah sukses lebih diisi
para distributor yang komit dan loyal pada sebuah program dibanding para kutu
loncat. Walaupun memang tidak mudah untuk fokus pada produk atau program
tertentu. Namun mayoritas distributor sukses menekuni bisnis ini secara full
time, berhati-hati dalam memilih perusahaan yang tepat, lalu bertekun pada
perusahaan tersebut.
10. Jangan berpangku tangan
Tidak cukup hanya memilih perusahaan
yang tepat, menelepon teman untuk bergabung, lalu berharap dapat income besar.
Distributor yang sukses adalah mereka yang secara konsisten merekrut, menjual,
lalu menginvestasikan kembali hasilnya bagi pengembangan bisnisnya. Orang
sering memperbincangkan kebebasan finansial di bisnis ini. Namun kebebasan finansial
tidak akan terjadi jika Anda hanya berpangku tangan. Sama seperti bisnis-bisnis
serius lainnya, sukses di MLM butuh investasi, kerja keras, dan konsistensi.
Jadi, lakukan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung pengembangan bisnis Anda mulai
sekarang. Jangan lupa, hindari segala kesalahan yang sudah Anda kenali
bentuknya.*
#sumber: apli